Dalam perjalanan sejarah Indonesia, Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
berdiri di depan dalam menjaga kesatuan Indonesia. Secara konkret, GP
Ansor membuktikan komitmennya terhadap kebhinekaan Indonesia.
Demikian disampaikan penyanyi Edo Kondologit saat ditemui NU Online
usai acara Festival Budaya Pesantren yang menjadi awal peringatan
harlah ke-79 GP Ansor di ruang pertemuan Gedung Balai Kartini Kavling
37, Kuningan Timur, Jakarta Selatan, Sabtu (20/4) malam.
“Kami
dari organisasi Taruna Merah Putih, sudah sering kali menjalin kerja
sama dengan GP Ansor. Kami sering berdiskusi terkait kebangsaan,
kepemudaan, kebhinekaan, merah putih, keindonesiaan,” kata Edo
Kondologit.
Saya pun, lanjut Edo, datang pada saat harlah GP
Ansor tahun lalu di Stadion Manahan Solo. Ideologi kita sama perihal
kebangsaan. Kita dan GP Ansor sama menjunjung tinggi kebangsaan yang
beragam.
Kita boleh berbeda secara agama, suku, dan bahasa. Namun
kita tidak bisa dipisahkan sebagai anak bangsa Indonesia. Indonesia lah
yang mendorong kuat kehadiran saya dalam festival ini. Dengan
Indonesia, saya dan GP Ansor sudah seperti saudara, tandas Edo.
Dalam Festival Budaya Pesantren, Edo Kondologit membawakan lagu “Di Bawah Tiang Bendera” karya Franky Sahilatua.
Sedangkan
seniman monolog Butet Kertaradjasa dalam pementasannya mengingatkan
sedikitnya 1500 kader GP Ansor kepada sosok Riyanto. “Bagi saya, Riyanto
itu muslim sejati,” kata Butet di atas panggung disambut tepuk tangan
hadirin.
Riyanto merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna
(Banser) yang meninggal akibat ledakan bom saat menjaga malam Natal di
Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, tahun 2000 silam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar