Minggu, 17 Februari 2013

SEX EDUCATION DALAM PENGAJARAN DI SEKOLAH

Kemenkes: 957 Anak Idap HIV. Jumlah lelaki pelanggan seksual dengan PSK di Indonesia mencapai 3.170.000 orang dan perempuan PSK sekitar 214.000 orang (tempointeraktif.com, 28/12-2010). Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh Drs Nasrullah Jakfar MA mengatakan, 55 %  remaja di Indonesia pernah melakukan hubungan seks pra nikah.
Dengan menyimak fenomena di atas , masihkah kita menganggap Sex Education tidak Urgen untuk remaja maupun usia dini  ?
Sex Education sangatlah penting di apikasikan pada Kurikulum atau Sistem Pendidkan di Sekolah, baik di Tingkatan SD, SMP dan SMA karena dengan hal tersebut dapat  mencegah terjadinya Sex Bebas dan penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV/AIDS di negeri ini, dengan memberikan Pondasi Pendidikan Sex sejak dini. Namun, Sex Education yang diberikan harus secara step by step dan continue sesuai dengan aspek karakter, psikologi dan usianya. Misalnya, untuk siswa SD, Sex Education  di mulai dengan tahap pengenalan, pemeliharan kesehatan  organ sex, proses Pubertas dan proses terjadinya Kehamilan. Siswa SMP, menjelaskan sistem organ sex secara detail, menjelaskan proses kehamilan dan persalinan dan mengetahui penyakit-penyakit yang menular akibat Free Sex. Sex Education yang pernah diberikan pada jenjang SD dan SMP diperdalam dan lebih spesifik pada jenjang SMA sehingga siswa sudah mengerti dengan sex dan mapan untuk memilah hal-hal yang berdampak Positif dan Negatif pergaulan dan Sex.
Sex Education tidaklah akan dicerna baik oleh siswa tanpa adanya peran pengajar yang professional, misalnya pada mata pelajaran Biologi diharapkan agar pengajar mampu memberikan informasi yang gamblang tentang sex sesuai dengan karakter usia didikannya dengan penuh tanggungjawab . Terkadang ada siswa yang merasa canggung, untuk mengatasi psikologi siswa, pengajar dapat menyelipkan hal-hal yag berbau “lucu dan atraktif “ kepada siswa untuk mengendalikan psikologis siswa sehingga mereka merasa nyaman dan fun akan materi yang diberikan.  Pihak Sekolah juga dapat menyediakan Bimbingan Konseling untuk siswa sesuai dengan Jenis Kelamin agar mereka dapat mengkomunikasikan sesuatu tanpa harus merasa terintimidasi, malu, dan aman . Orang tua juga tidak kalah penting untuk berperan dalam Sex Education yang diterima anaknya di sekolah agar dapat dimanifestasikan dalam aspek kediupan sosial dan lingkungannya . Orang tua adalah pengajar( konselor) yang utama dan pertama untuk anaknya dan sebagai cotroling dan onitoring perilaku dan perkembangan sex sang anak .
Kesimpulannya, Sex education sangatlah penting untuk diketahui oleh remaja maupun usia dini, di Indonesia sex education sangatlah tabu untuk diperbincangkan, apalagi kepada remaja maupun anak di usia dini karena dianggap belum pantas atau tidak sesuai dengan norma kesusilaan, adat, agama dan culture. Dan orang tua jarang memberi pengetahuan Sex kepada anaknya, sehingga sang anak tidak mengetahui apa-apa tentang sex dan terkesan tertutup mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Sex. Justru Faktor tersebutlah sehingga anak-anak maupun remaja tersesat tidak mengetahui sex, sehingga mereka mencari sendiri tanpa bekal pengetahuan apa-apa tentang Sex Education akibatnya mereka tanpa sadar telah terjerumus dalam Free Sex dan menjadi  korban “BUTA SEX” yang sebernanya Urgen namun ditabukan. Orang tua dan pendidik memiliki top strategic position untuk mengenalkan dan memberikan Sex Education kepada mereka untuk memperbaiki moral generasi muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar