Kita tentu tahu (meski tak pernah mampir)
tempat-tempat lokalisasi diwilayah kita tinggal, sebegitu banyaknya. Begitupun
diwilayah lain, hampir diseluruh wilayah Indonesia lokalisasi atau tempat
prostitusi ada. Bahkan dengan lokalisasi DOLLY di Surabaya Jawa Timur, Indonesia pernah menyandang gelar sebagai
pemilik lokalisasi terbesar di Asia.
Lebih konyol lagi ketika wacana legalisasi
bisnis prostitusi di Indonesia sedang hangat dibicarakan kala itu, justru
banyak yang setuju dan mendukung. Untungnya wacana itu tenggelam dengan
sendirinya. Andai kata wacana itu benar-benar terealisasi, bisa jadi bisnis
prostitusi beserta tempat lokalisasi di Indonesia akan berada dibawah Dinas
Pariwisata. Wuih… jadi ada istilah wisata paha.
Tidak dapat dipungkiri jika kemajuan teknologi IT membawa dampak pula pada bisnis prostitusi di Indonesia. Satu diantara sekian banyak pemanfaatan IT yakni fenomena transaksi prostitusi yang dilakukan lewat internet. Meski bukan hal baru, namun terbukti bisnis haram ini masih terus hidup dan memiliki jumlah peminat yang tak sedikit.
Dengan terang-terangan para mucikari menawarkan
dagangannya, pelanggannya pun beragam. Mulai dari tukang cukur, mahasiswa,
pejabat sampai konglongmerat. Celakanya lagi bisnis ini merambah kalangan pelajar.
Genarasi bangsa yang seharusnya belajar justru sibuk menjajakan “barangnnya”.
Begitu
mengguritanya bisnis pelacuran di Indonesia. Tertangkapnya Yunita (34) alias
Keyko, penyalur pekerja seks komersial (PSK) kelas atas di Surabaya, seakan
membuktikan jika bisnis prostitusi di Indonesia kian tumbuh subur. Bagaimana
tidak, seorang Yunita mampu mengendalikan ratusan PSK dibawah subgermo
diberbagai wilayah di Indonesia. Seperti Data yang dihimpun di Polrestabes
Surabaya menyebutkan, setiap kota ada seorang subgermo yang membawahi PSK-PSK
tersebut. Di Surabaya sebanyak 790 orang, Malang 50 orang, Semarang 400 orang,
Banjar sebanyak 125 orang, dan Jakarta sebanyak 500 orang.
Itu
baru satu orang yang mungkin kebetulan tertangkap. Mungkin diluar sana masih
ada puluhan lagi mucikari-micikari sekelasYunita.
Anda pasti tidak mengira jika perdagangan
manusia (human trafficking) banyak terjadi di Indonesia. Di beberapa kota besar
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Jogja kejahatan ini bisa terjadi pada
siapapun termasuk anak-anak. Perdagangan manusia bisa berbentuk prostitusi
maupun ekaploitasi seksual terhadap anak-anak.
Ternyata menurut PBB, Indonesia merupakan negara terbesar ke-2 di Dunia yang aktif melakukan kejahatan ini karena secara global, Indonesia dikenal sebagai Sending, Transit sekaligus Producing Area untuk perdagangan manusia. Ironisnya lagi, sebagian besar kasus perdagangan manusia di Indonesia diakibatkan himpitan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar